BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ditengah situasi masyarakat yang mengarah pada keterpurukan moral.
Akhlak tasawuf merupakan solusi untuk kembali mendekatkan diri kepada tuhan.
Yang mana
akhlak tasawuf merupakan akhlak terhadap tuhan dengan membersihkan jiwa serta pengamalan secara benar.
akhlak tasawuf merupakan akhlak terhadap tuhan dengan membersihkan jiwa serta pengamalan secara benar.
Pengkajian tasawuf terhadap tokoh sufi dimaksudkan untuk mengetahui
lebih lanjut dan secara sprsifik ajaran ajaran tasawuf yang di bawa oleh para
sufi sehingga dapat diambil kesimpulan maupun perbandingan.
Diantaranya HAMKA, beliau seorang ulama besar, penulis dan
muballig. HAMKA membawa pemikiran tasawuf yang modern yaitu bukanlah tasawuf
yang meninggalkan keduniaan melainkan tasawuf merupakan alat untuk beribadah
kepada Allah.
B.
Rumusan Masalah
Sebagai landasan penulisan makalah ini, berikut uraian rumusan
masalah dari makalah:
1.
Siapa HAMKA
itu?
2.
Bagaimana
Pemikiran Tasawuf HAMKA?
3.
Bagaimana Corak
Pemikiran HAMKA?
4.
Apa saja Karya
karya HAMKA?
BAB II
PEMBAHASAN
HAJI ABDUL
MALIK KARIM AMRULLAH (HAMKA)
A.
Riwayat Hidup HAMKA
HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) di lahirkan di tanah sirah,
sungai batang di tepi danau maninjau, tepatnya pada tanggal 13 Muharam 1362H,
bertepatan dengan 16 febuari 1908. Ayahnya adalah Abdul Karim Amrullah. Ayah Hamka
termasuk keturunan Abdul Arief, gelar tuanku Pauh Pariaman atau Tuanku Nan Tuo,
salah seorang pahlawan paderi. Tuanku Nan Tuo adalah salah seorang ulama yang
memainkan peranan penting dalam kebangkitan kembali pembaharuan di minangkabau,
dan sebagai guru utama jalal Ad-din. Kondisi kesosialan keagamaan pada masa
Hamka menuntut adanya pemikiran pemikiran baru yang membawa ummat pada ajaran Al-Qur’an
dan hadits yang lurus, yang tidak bercampur dengan adat istiadat. Hamka
mengawali pendidikannya dengan belajar membaca Al-qur’an di rumah orang tuanya pada
malam hari di umur ke 6 tahun. Pada usia 7
tahun Hamka di sekolahkan ayahnya di sekolah desa pada pagi hari.
Kemudian pada tahun ke 1916, Jainudin Labai El-yunusi mendirikan sekolah
diniyah petang hari di pasar Usang padang panjang, lalu Hamka pun sekolah
disana pada sore hari. Dan pada tahun 1918
Hamka masuk ke Thawalib school (madrasah
tempat ayah Hamka memberi pengajaran agama). Hamka tidak sempat memperoleh
pendidikan tinggi baik sekuler ataupun keagamaan. Ia hanya masuk sekolah desa
selama 3 tahun, dan kira kira selama 3 tahun pula di sekolah sekolah agama. Tetapi
Hamka berbakat dalam bidang bahasa arab. Hamka lahir dari lima generasi ulama
yang mereka kuasai adalah bahasa arab.[1]
Sejak berusia sangat muda HAMKA sudah dikenal sebagai seorang
kelana. Ayahnya bahkan memberinya nama “sibujang
jauh”. Pada tahun 1924 pada usia 16 tahun ia pergi ke jawa untuk
mempelajari tentang gerakan islam modern. Pada Juli 1925 ia mendirikan tablig
muhamadiyah di rumah ayahnya di Gatangan, Padang Panjang. Dan sejak itulah ia
berkiprah di Muhamadiyah setelah berkenalan dengan tokoh muhamadiyah di
pekalongan. Pada februari 1927 ia berangkat ke makkah untuk menunaikan ibadah
haji dan bermukim disana sekitar 6 bulan. Selama di mekkah beliau bekerja
disebuah percetakan dan kemudian ia pulang ke medan dan menjadi guru agama pada
sebuah perkebunan selama beberapa bulan dan kembali ke kampung halamannya pada
tahun 1927.[2]
Tahun 1928 HAMKA menjadi peserta muktamar Muhamadiyah di Solo.Sejak
saat itu ia selalu hadir dalam muktamar Muhmadiyah hingga akhir hayatnya sejak
saat itu hamka memangku beberapa jabatan, mulai dari ketua bagian taman
pustaka, ketua tablig, hingga menjadi ketua Muhamadiyah cabang Padang Panjang.
Pada tahun 1930 ia mendirikan Muhamadiyah di Bengkalis. Pada 1931 Hamka ke
makasar untuk menjadi mubalig muhamadiyah dalam rangka menggerakkan semangat
untuk menyambut muktamar muhamadiyah ke 21 (mei 1932) di makasar. Pada 1934 ia di
angkat menjadi Majelis Konsul Muhamadiyah
Sumatra Tengah. Pada 22 Januari 1936 ia pindah ke medan dan menggawangi gerakan
Muhamadiyah di Sumatra Timur. Ia juga memimpin majalah Pedoman Masyarakat. Pada
1942 ia terpiih menjadi pemimpin Muhamadiyah Sumatra Timur dan pada tahun 1945
ia pindah ke sumatra barat dan terpilih menjadi pimpinan muhamadiyah Sumatra
barat pada 1946-1949. Pada muktamar muhamadiyah ke 32 di purwokerto (1953),
hamka terpilih menjadi anggota pimpinan pusat Muhamadiyah dan semenjak itu ia
selalu dipilih dalam muktamar, tetapi pada 1971 ia memohon izin untuk tidak di
pilih karna uzur, tetapi ia diangkat menjadi penasihat pimpinan pusat
Muhamadiyah sampai akhir hayatnya.[3]
Sejak 1949 HAMKA pindah ke jakarta setelah tercapainya persetujuan
Roem Royen. Dan pada tahun 1950 ia menjabat pegawai negeri golongan F di
kementrian agama yuang di pimpin KH. Abdul Wahid hasyim. Saat itu ia juga ditugaskan memberi kuliah di beberapa
perguruan tinggi islam.[4]
B.
Pemikiran HAMKA Tentang Tasawuf
Pemikiran HAMKA lebih banyak tercurah pada soal soal iman, akhlak
dan aspek aspek sosial, diluar lingkup pengertian tradiosional tentang
muamalah. Menurut HAMKA hakikat tasawuf adalah usaha yang bertujuan untuk
memperbaiki budi dan membersihkan batin. Artinya tasawuf adalah alat untuk
membentengi dari kemungkinan seseorang melakukan keburukan, intinya berzuhud
sebagaimana teladan hidup yang dicontohkan Rosulallah lewat sunnah yang sahih.
Tasawuf yang di tawarkan HAMKA adalah tasawuf modern atau tasawuf positif
berdasarkan tauhid. Jalan tasawufnya melalui sikap zuhudyang di laksanakan
dalam ibadah resmi sikap zuhud, yang tidak perlu menjauhi kehidupan normal.
Penghayatan tasawufnya berupa pengalaman takwa yang inamis bukan ingin bersatu
dengan tuhan. Dan refleksinya berupa kenampakan kepekaan sosial.[5]
Di antara pemikiran HAMKA yaitu pendidikan, menurut HAMKA
pendidikan adalah sarana untuk mendidik watak pribadi. Manusia tidak hanya
untuk mengenal apa yang di maksud dengan baik dan buruk tapi juga beribadah
kepada Allah dan berguna untuk sesama dan lingkungan. Karena itu sistem
pendidikan modern harus di imbangi dengan pendidikan agama.[6]
Tasawuf modern tersebut sangat membekas pada warga muhamadiyah dan gerakan
modernis lainnya.[7]
C.
Corak Pemikiran Tasawuf HAMKA
Dilihat secara sepintas, corak pemikiran HAMKA mengacu kepada
tasawuf falsafi. Karena konsepsi tentang tuhan merupakan perkembangan lebih
lanjut dari pemikiran para ahli kalam dan filsuf. HAMKA pun mengaku sendiri
dalam Tasawuf Modernnya itu, bahwa
itu bukan ciptaan otaknya karena beliau waktu itu masih mudadan sedikit
pengetahuannya. Tetapi di lihat dari buku karangan ahli filsafat dan tasawuf
islam di bandingkan dengan alQuran dan hadist. Corak pemikiran HAMKA belum ada
kepastian sebagaiman atasawufnya para sufi lain. HAMKA tidak memiliki
pengalaman kesufian. Hanya HAMKA mereformulasikan konsep ilmu tasawuf dengan
caranya sendiri karena tidak ingin melihat ekonomi islam lemah, maka beliau
merumuskan tasawuf modern yang sama sekali tidak meningggalkan keduniaan. Dan
tasawuf HAMKA merupakan solusi agar umat islam tidak menyalahartikan zuhud yang
harus meninggalkan dunia.[8]
D.
Karya-karya Tulis HAMKA
Pemikiran pemikiran HAMKA di berbagai bidang dapat di kaji dan di
ketahui melalui berbagai karya karyanya, diantara karya karya tersebut yang
menjadi objek penelitian, seperti:
Tasawuf modern: Buku ini
adalah kumpulan artikel yang di muat dalam Pedoman masyarakat 1993-1998, karena
tuntutan masyarakat kemudian artikel tersebut di terbitkan. Lembaga
Budi: Terdiri dari X1 bab, Ditulis pada tahun 1939. Falsafah Hidup: Diterbitkan
tahun 1949. Lembaga Hidu:.
Diterbitkan pertama kali di medan pada tahun 1941. Pelajaran Agama Islam: 1956.
Tafsir
Alazhar juz 1-XXX: Karya ini sangat monumental, ditulis pada tahun
1962. Ayahku; riwayat hidup Dr.Haji Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di
sumatera: Dicetak pada tahun 1950. Kenang
Kenangan Hidup: Buku tentang kehidupan Hamka dari kecil hingga dewasa,
Diterbitkan pada tahun 1951. Islam dan Alat Minagkabau. Sejarah
Umat Islam: Ditulis tahun 1951. Studi
islam: Buku ini awalnya adalah 5 artikel yang telah ditulis dan dimuat
di panji Masyarakat, dicetak tahun 1982. Kedudukan perempuan dalam islam:
Diterbitkan tahun 1973. Demikian banyak karya karya tulis HAMKA. Selain di atas
terdapat banyak lagi karya karyanya. Melalui karya karyanya HAMKA mampu
menawarkan ide ide yang begitu menarik. Tetapi HAMKA jarang sekali mencantumkan
rujukan rujukan dari pandangan pandangannya. Tetapi bukan berarti mengurangi
kredibilitasnya sebagai seorang intlektual.[9]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pertama, HAMKA adalah ulama, aktifis, politisi, jurnalis, editor
dan sastrawan. Beliau tidak berpendidikan tinggi tetapi ayahnya adalah seorang
penulis dalam bahasa Arab dan Melayu, maka Beliau pandai dalam Bahasa Arab.
Kedua, beliau memandang tasawuf tidak harus meninggalkan kehidupan
dunia. Tapi tasawuf modernnya menawarkan tasawuf sebagai alat untuk mendekatkan
diri kepada Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Solihin, M.,
Prof., Dr., M.Ag, Ilmu Tasawuf, Bandung:
Pustaka Setia, 2008.
Nizar, samsul, Memperbincangkan Dinamika Intlektual dan
Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam, Jakarta:
kencana, 2008.
Mohammad,
herry, Tokoh tokoh Islam yang Berpengaruh
Abad 20, Jakarta: Gema insani, 2006.
Departemen
Agama RI, Ensiklopedi Islam, Jakarta:
Anda Utama, 1993.
Armando, nina
m, Ensiklopedi islam, Jakarta:
Ichtiar baru van hoeve, 2005.
http://amir14.wordpress.com/tasawuf-hamka/.
[1] Solihin,Ilmu Tasawuf
,(Bandung,Pustaka Setia,2008). 269-270.
[2] Nina
Armando,Ensiklopedi Islam,(Jakarta:Ikhtiar baru,2005) 293.
[3] Ibid.293-294
[4]Ibid.294
[5] Solihin,ilmu
tasawuf.(Jakarta:pustaka setia,2008)272-276.
[6] Harry
Mohammad,Tokoh tokoh islam,(Jakarta:gema insani,2006) 64.
[7] Ensiklopedi
islam,(Jakarta:Anda Utama,1993)345.
[8] Lihat http://amir14.wordpress.com/tasawuf-hamka/(12
november 2012)
[9] Samsul
Nizar,Memperbincangkan dinamika intlektual,(Jakarta: kencana, 2008)46-56.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar