Rabu, 10 April 2013





PEMBAHASAN
A.    PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pendekatan dalam pengembangan kurikulum merepleksikan pendangan seseorang terhadap sekolah dan masyarakat. Pendekatan pengembangan kurikulum ini sangat erat hubungannya dengan teori atau aliran pendidikan yang dominan. Aliran tersebut adalah pndidikan klasik, pendidikan pribadi, pendidikan teknologi, dan pendidikan interaksionis. Empet teori tersebut mempunyai pendekatan yang berbeda dalam praktek pendidikan dan pengembangan kurikulum.
B.     MACAM – MACAM PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Empat aliran atau teori pendidikan mempunyai model konsep kurikulum dan praktik pendidikan yang berbeda. Model konsep kurikulum dari pendidikan klasik di sebut kurikulum subyek akademis, pendidikan pribadi disebut kurikulum humanistik, pendidikan teknologi disebut kurikulum teknologis dan dari pendidikan interaksionis disebut kurikulum rekonstruksi sosial.
1.      Pendekatan Subyek Akademis
Pendekatan subyek akademis adalah bentuk atau model tertua di antara model  lainnya. Dan biasanya suatu lembaga pendidikan atau sekolah sampai sekarang tidak bisa lepas dari pendekatan ini. Pendekatan subyek akademis adalah pendekatan yang sangat praktis, mudah di susun dan mudah di gabungkan dengan pendekatan lain apabila di perlukan. Pendekatan subyek akademis bersumber pada aliran pendidikan klasik yang berorientasi pada masa lalu. Semua disiplin ilmu pengetahuan telah di temukan oleh para pemikir pada masa lalu. Fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskan hasil hasil budaya dan ilmu pengetahuan masa lalu itu (transfer of  knowledge).
Dalam pendekatan subyek akademis guru sebagai penyampai bahan pelajaran memegang peranan yang sangat penting. Guru harus menguasai seluruh bahan atau materi pelajaran yang ada dalam kurikulum. Mereka harus menjadi ahli dalam bidang bidang studi tertentu yang di ajarkan dan di ampunya. Lebih dari itu guru adalah model bagi siswanya, segala yang di sampaikan dan sgala tindakannya harus menjadi bagian dari kpribadian guru yang akan di ikuti dan akan menjadi panutan siswa. Guru adalah orang yang harus bisa di percaya apa yang di katakannya, dan tindakannyaharus dapat di tiru dan di contoh oleh para siswanya.
Pengembangan kurikulum subyek akademis di lakukan dengan cara menetapkan lebih dulu mata pelajaran apa yang harus di pelajari peserta didik, yang di perlukan untuk (persiapan) pengembangan disiplin ilmu. misalnya Pendidikan Agama Islam menjadi beberapa aspek, seperti Alquran Hadits, Fiqh, Akidah Akhlak, Sejarah islam.
Kurikulum subyek akademis tidak berarti hanya menekankan pada materi yang di sampaikan, dalam perkembangannya secara berangsur memperhatikan proses belajar yang di lakukan siswa. Proses belajar yang di pilih sangat bergantung pada segi apa yang di pentingkan dalam materi pelajaran tersebut. Sekurang kurangnya ada tiga pendekatan dalam perkembangan kurikulum akademis. Yang pertama, melanjutkan melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan. Murid murid beljar bagaimana memperoleh dan menguji fakta fakta bukan sekedar mengingatnya. Yang kedua, studi yang bersifat integratif. Pendekatan ini merupakan respons terhadap perkembangan masyarakat yang menuntut model model pengetahuan yang lebih komprehensif-terpadu. Pelajaran tersusun atas satuan pelajaran pelajaran, dalam satuan pelajaran tersebut batas batas ilmu menjadi hilang. Pengorganisasian tema tema pengajaran didasarkan atas fenomena fenomena alam, proses kerja ilmiyah, dan problema problema yang ada. Yang ketiga, adalah pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah sekolah fundamentalis, mereka tetap mengajar berdasarkan mata pelajaran dengan menekankan membaca, menulis, dan memecahkan masalah masalah matematis. Pelajaran lain seperti ilmu kealaman, ilmu sosial, dan lain lain di pelajari tanpa dihubungkan dengan kebutuhan praktis pmecahan masalah dalam kehidupan.
Tujuan kurikulum subyek akademis adalah pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide ide dan proses “penelitian”. Dengan berbagai pengetahuan disiplin ilmu, para siswa diharapkan memiliki konsep konsep dan cara cara yang dapat terus dikembangkan dalam masyarakat yang lebih luas.
Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum subyek akademis adalah metode ekspositori dan inkuiri. Ide ide di berikan guru kemudian dielaborasikan siswa sampai mereka kuasai. Konsep utama disusun secara sistematis, dengan ilustrasi yang jelas selanjutnya dikaji. Dalam materi disiplin ilmu yang diperoleh, dicari berbagai masalah penting, kemudian di rumuskan dan dicari cara pemecahannya. Bentuk evaluasinya bervariasi di sesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran. Evaluasi yang di lakukan dalam waktu singkat dan tidak memberikan gambaran yang benar tentang perkembangan dan penguasaan siswa.
Masalah besar yang dihadapi oleh para pengembangan kurikulum subyek akademis adalah bagaimana memilih materi pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Apabila ingin memiliki penguasaan ilmu yang mendalam maka jumlah disiplin ilmunya hanya sedikit. Apabila mempelajari disiplin ilmu yang sedikit maka penguasaan siswa akan sangat terbatas, sulit di terapkan dalam kehidupan masyarakat secara luas. Apabila disiplin ilmunya cukup banyak maka penguasaan ilmunya akan smakin dangkal. Anak anak akan tahu tapi pengetahuannya akan sedkit.
Untuk mengatasi kelemahan kelemahan di atas dalam perkembangan selanjutnya dilakukan penyempurnaan. Pertama,untuk mengimbangi penekanannya pada proses berfikir, mereka mulai mndorong penggunan intuisi dan tebak tebakan. Kedua, adanyaupaya untuk menyesuaikan pelajaran dengan perbedan individun dan kebutuhan setempat. Ketiga, pemanfaatan fasilitas dan sumber yang ada pada masyarakat.
2.      Pendekatan Humanistis
Pendekatan humanistis dalam pengembangan kurikulum ini dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik.kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan kpribadian (personalized education), yang di kembangkan oleh John Dewey (progresive education) dan J.J. Rousseou (romantic education). Pendekatan humanis lebih memberikan tempat yang utama kepada siswa. Hal ini bertolak dari asumsi bahwa anak didik adalah individu yang utama dan pertama dalam pendidikan. Anak didik itu memiliki potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Pendidik humanis juga berpegang pada teori gestalt yang memandang bahwa anak adalah merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidkan di arahkan untuk membentuk satu kesatuan manusia yang utuh, bukan saja segi fisik, intlektual, tetapi juga segi sosial dan afektif (sikap, emosi, perasaan dan nilai).
Aliran ini berkembang sebagai reaksi dari praktek pendidikan yang lebih menekankan pada segi intelektual saja, dengan peran utama di pegang oleh guru. Menurut pandangan humanis pendidikan merupakan upaya yang berusaha untuk menciptakan situasi yang baik, rileks, dan akrab. Dengan situasi yang demikian kondusif, siswa dapat mengembangkan segala potensi dirinya. Tugas pendidikan adalah memperluas kesadaran diri, mengurangi kesenjangan dan keterasingan dari lingkungan. Ada tiga aliran pendidikan yang termasuk dalam humanistik ini, yaitu pendidikan konfluen, kritikisme radikal, dan mistikisme modern. Pendidikan konfluen menekankan keutuhan pribadi dan individu yang harus merespons secara utuh baik pikiran maupun perasaan terhadap kesatuan yang menyeluruh dari lingkungan. Kritikalisme radikal bersumber dari aliran romantisme Rousseau, yang melihat bahwa pendidikan adalah upaya untuk membantu anak menemukan dan mengembangkan sendiri potensi yang ada dalam dirinya. Dalam pendidkan tidak ada pemaksaan yang ada hanyalah dorongan dan ransangan untuk berkembang. Mistikisme modern adalah aliran yang meneknkan latihan dan pengembangan kepekaan perasaan, kehalusan budi pekerti, melalui sensitif training, yoga, meditasi, dzikir dan lain lain.
Kurikulum humanistik berfungsi menyediakan pengalaman berharga untuk membantu memperlancar pengembangan pribadi murid. Bagi mereka tujuan pendidikan adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integrasi, dan otonomi kpribadian, sikap yang sehat terhadap diri sendiri orang lain dan belajar. Sesuai prinsif yang dianut, kurikulum humanistik menekankan integrasi, yaitu kesatuan prilaku bukan saja yang bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan. Kurikulum humanistik juga menekankan keseluruhan. Kurikulum harus mampu memberikan pengalaman yang menyeluruh, bukan pengalaman yang terpenggal penggal.
Dalam evaluasi kurikulum humanistik, model lebih mengutamakan proses daripada hasil. Kalau kurikulum yang biasa terutama subyek akademis mempunyai kriteria pencapaian, maka dalam kurikulum humanistik tidak ada kriteria. Sasaran mereka adalah perkembangan anak supaya menjadi manusia yang lebih terbuka, lebih berdiri sendiri. Penilaiannya bersifat subyektif baik dari guru maupun dari siswa.  
3.      Pendekatan Teknologis
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, didalam ilmu pendidikan berkembang pula teknologi pendidikan. Aliran ini ada persamaannya dengan pendidikan klasik, yaitu menekankan isi krikulum, tetapi diarahkan bukan pada pemeliharaan dan pengawetan ilmu tersebut tetapi pada penguasaan kompetensi. Suatu kompetensi yang besar diuraikan menjadi kompetensi yang lebih sempit/khusus dan akhirnya menjadi prilaku prilaku yang dapat diamati atau diukur.
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah dalam dua bentuk , yaitu perangkat lunak (softwere) dan perangkat keras (hardwere). penerapan teknologi perangkat keras di kenal dengan teknologi alat (tools technology), sedangakan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi sistem (system technology). Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan pada penggunaan alat alat teknologis untuk menunjang efisiensi dan efektifitas pendidikan. Kurikulumnya berisi rencana rencana penggunaan berbagai alat dan media, juga model model pengajaran yang banyak menggunakan alat. Contohnya melalui vidio, mesin pengajaran, pengajaran modil, atau dengan bantuan komputer dan lain lain.
Tujuan pendekatan teknologi ini diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk prilaku. Metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi terhdap perangsang perangsang yang telah diberikan. Tujuan pengajaran ditentukan sebelumnya. Pengajaran bersifat individual, dam maju sesuai dengan kecepatan masing masing. Pada saat tertentu ada tugas yang harus dikerjakan secara berkelompok. Setiap siswa harus menguasai secara tuntas tujuan tujuan program pengajaran.
Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu unit ataupun smester. Fungsi evaluasi ini bermacam macam, sebagai umpan balik bagi siswa dalam penyempurnaan dan penguasaan suatu satuan pembelajaran (evaluasi formatif), umpan balik bagi siswa pada akhir suatu program (evaluasi sumatif). Juga menjadi umpan balik bagi guru dan pengembangan kurikulum untuk penyempurnaan kurikulum. Evaluasi yang digunakan umumnya berbentuk tes objektif. Sesuai dengan landasan pemikiran mereka, baha model pengajarannya menekankan sifat ilmiyah, bentuk tes ini dipandang paling cocok.
Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tugas atau pekerjaan tertentu. Materi yang di ajarkan, kriteria evaluasi sukses dan strategi belajarnya di tetapkan sesuai dengan nalisis tugas (job discription) tersebut. Rencana dan proses pembeljaran dirancang sedemikianrupa, sehingga hasilnya dapat dievaluasi dan terkontrol. Dalam menyusun kurikulum sesungguhnya tidak semua materi pelajaran itu berbeda. Termasuk dalam pendekatan ini adalah kurikulum berbasis kompetensi yang kini telah diterapkan pemerintah.

4.      Pendekatan Rekonstruksi Sosial
Pendekatan rekonstruksi sosial ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Pandangannya adalah bahwa pendidikan bukanlah upaya sendirian, tetapi adalah usaha bersama, kerjasama, dan interaksi. Interaksi ini bukan hanya antara guru dengan murid tetapi juga antar murid dengan murid, antar murid dengan orang disekitarnya dan dengan berbagai sumber belajar. Melalui interaksi dan kerjasama ini para murid berusaha memecahkan masalah dalam masyarakat, menuju tatanan masyarakat yang lebih baik.
Dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan keahlian bertolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat, untuk selanjutnya dengan memerankan ilmu ilmu dan teknologi serta bekerja secara kooperatif dan kolaboratif akan dicarikan upaya pemecahannya menuju pembentukan masyarakat yng lebih baik. Kurikulum tersebut disamping menekankan isi pembelajaran atau pendidikan  juga sekaligus menekankan proses pendidikan dan pengalaman belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang dalm kehidupannya selalu membutukan manusia yang lain, selalu hidup bersama berinteraksi dan bekerja sama.
Metode dalam pengajaran rekonstuksi sosial para pengembang kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan tujuan nasional dengan tujuan siswanya. Guru guru berusaha membantu para siswa menemukan minat dan kebutuhannya. Sesuai dengan minat masing masing siswa, baik dalam kegiatan pleno maupun kelompok, berusaha memecahkan masalah sosial yang dihadapinya. Kerjasama baik antara individu dan kelompok dalam kegiatan pleno sangat mewarnai metode rekonstruksi sosial.
Dalam kegiatan evaluasi para iswa juga dilibatkan. Terutama dalam memilih, menyusun dan menlai bahan yang akan diujikan. Soal soal yang akan diujikan dinilai lebih dulu baik ketepatan maupun keluasan isinya, juga keampuhan menilai pencapaian tujuan tujuan pembangunan masyarakat yang bersifat kualitatif. Evaluasi tidak hanya menilai apa yang telah dikuasai siswa, tetapi juga menilai pengaruh kegitan sekolah terhadap masyarakat. Pengaruh tersebut terutama menyangkut perkembangan masyarakat dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat.
Pengajaran rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan didaerah daerah yang belum maju, dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini di arahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan merka. Sesuai dengan potensi yang ada dalam masyarakat, sekolah mempelajari potensi potensi tersebut, dengan bantuan biaya dari pemerintah sekolah berusaha mengembangkan potensi tersebut. Didaerah pertanian misalnya sekolah mengembangkan bidang pertanian dan peternakan, didaerah industri mengembangkan bidang bidang industri.




















DAFTAR PUSTAKA
            Sukmadinata, Nana Syaodih. (1997). Pengembangan kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
      Zaini, Muhammad. (2009). Pengembangan kurikulum konsep implementasi evaluasi dan inovasi. Yogyakarta: Teras.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar